25 Desember 2015

Biografi Hoegeng Imam Santoso

BIOGRAFI HOEGENG IMAM SANTOSO
POLISI PALING JUJUR DI INDONESIA


foto dari wikipedia


Siapa yang tidak kenal dengan Hoegeng Imam Santoso atau yang akrab disapa Hoegeng. Beliau adalah mantan Kapolri yang dikenal bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hoegeng adalah simbol keteladanan dan kejujuran Polri. Ditengah terjadinya krisis kepercayaan kepada Polri dan birokrasi, Hoegeng tampil sebagai seorang yang pantas dipercaya. Almarhum Presiden Gus Dur pernah berkata, “Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng”.


PENDIDIKAN
Semasa kecil, Hoegeng dididik dalam keluarga yang menekankan kedisiplinan dalam segala hal. Hoegeng masuk pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada tahun 1927 saat beliau berusia enam tahun. Kemudian pada tahun 1934, beliau melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan. Pada tahun 1937, beliau melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School (AMS) Westers Klasiek, pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Pada saat bersekolah di AMS, bakatnya dalam bidang bahasa sangatlah menonjol. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang suka bicara dan bergaul dengan siapa saja tanpa mempedulikan ras atau bangsa. Pada tahun 1940, Hoegeng belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia, namun tidak sampai lulus karena Jepang menyerbu Hindia Belanda dan memaksanya untuk pulang ke Pekalongan. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti kursus orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat.


KARIER
Hoegeng menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1952. Kemudian beliau menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara pada tahun 1956 di Medan. Tahun 1959, Hoegeng mengikuti Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staff Direktorat II Mabes Kepolisian Negara pada tahun 1960, Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti pada tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara, kariernya terus menanjak dan menjabat Deputi Operasi Pangak pada tahun 1966, dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih pada tahun 1966. Pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969 berubah menjadi Kapolri) menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971, dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan.


KASUS-KASUS BESAR YANG TERUNGKAP
Selama Hoegeng menjabat sebagai Kapolri, ada dua kasus yang sangat menggemparkan masyarakat. Pertama, kasus Sum Kuning yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur yang bernama Sumarijem dimana pelakunya diduga adalah anak-anak petinggi di Yogyakarta. Ironisnya korban justru dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu kemudian dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terlihat ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yang menulis kasus Sum juga harus berurusan dengan hukum dan dipenjara.
Kasus kedua adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah Jadi. Pengusaha ini hanya mendekam beberapa jam di tahanan Komdak karena adanya jaminan. Kejaksaan Jakarta Raya juga menutup kasus ini. Pada kasus penyelendupan mobil mewah berikutnya Robby tidak bisa berkutik dan pejabat yang terbukti menerima sogokan pun ditahan. Kasus inilah yang diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto.


BERHENTI MENJADI KAPOLRI
Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971 kemudian posisi Kapolri digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan. Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya karena masa jabatannya sebagai Kapolri belum habis saat itu. Berbagai spekulasi pun muncul, ada yang berkata bahwa figur Hoegeng terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat, ada pula yang menyebutkan bahwa Hoegeng dicopot dari jabatannya karena kebijaksanaannya yang mengatur tentang penggunaan helm dan cara duduk bagi penumpang motor yang dinilai cukup kontroversi saat itu.
Memasuki masa pensiun, Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan karyanyalah yang menjadi sumber Hoegeng untuk menafkahi keluarganya. Beliau juga tercatat sebagai anggota ORARI.


PENGHARGAAN
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa diantaranya :
  §  Bintang Gerilya
  §  Bintang Dharma
  §  Bintang Bhayangkara I
  §  Bintang Kartika Eka Paksi I
  §  Bintang Jalasena I
  §  Bintang Swa Buana Paksa I
  §  Satya Lencana Sapta Marga
  §  Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
  §  Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
  §  Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
  §  Satya Lencana Dasa Warsa
  §  Satya Lencana GOM I
  §  Satya Lencana Yana Utama
  §  Satya Lencana Penegak
  §  Satya Lencana Ksatria Tamtama


AKHIR HAYAT HOEGENG IMAM SANTOSO
Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada usia 83 tahun akibat mengalami stroke dan penyumbatan saluran pembuluh jantung. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, Kompleks Pesona Kahyangan, Jl. Margonda Raya Blok DH-I, Pancoran Mas, Depok. Kemudian almarhum dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giritama, Desa Tonjo, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hoegeng merupakan sosok tokoh yang sangat bisa dijadikan teladan bagi semua anak bangsa Indonesia. Dalam keadaan sulitpun, beliau tetap mengutamakan kejujuran. Saat banyak tokoh masih menurut atau takut pada kekuasaan otoriter, Hoegeng justru berani menyuarakan kebenaran. Sampai akhir hayatnya beliau tetap menjunjung prinsipnya ini.



Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review 12 - Perpajakan Internasional dan Penetapan Harga Transfer

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Dwi Ayu Larasati (22213664) Dwi Puspita Agustin (22213693) Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733) Puti Melati ...