27 Desember 2015

Salah Nalar

SALAH NALAR






Nama Dosen : Drs. Budi Santoso, SS. MM
Penyusun : Wa Ode Siti Hawani (29213185)




FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015











KATA PENGANTAR

            Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini dibuat untuk melengkapi nilai mata kuliah Bahasa Indonesia 2 di Jurusan  Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma dengan mengambil judul “Salah Nalar”.
            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada :
1.      Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, SE, MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Toto Sugiharto, Ir., MSc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
3.      Bapak Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma
4.      Bapak Drs. Budi Santoso, SS., MM., selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2, yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
            Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Kritik serta Saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.


Bekasi, Desember 2015

                                                                                                                     Penulis             






Wa Ode Siti Hawani









DAFTAR ISI


Halaman Judul
Kata Pengantar..............................................................................................    i
Daftar isi........................................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang Masalah....................................................................    1
1.2.      Rumusan dan Batasan Masalah........................................................     1
1.3.      Tujuan Penelitian...............................................................................    1
1.4.      Manfaat Penelitian.............................................................................    1
1.5.      Metode Penelitian
            1.5.1.   Metode Pengumpulan Data / Variabel....................................   2

BAB II PEMBAHASAN
2.1.      Definisi Salah Nalar............................................................................   3
2.2.      Jenis-jenis Salah Nalar.......................................................................    3
2.3.      Cara Mengatasi atau Menghindari Salah Nalar.................................    4

BAB III PENUTUP
3.1.      Kesimpulan........................................................................................    6

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................   iii











BAB I

1.1. Latar Belakang
     Berpikir merupakan kata yang tentunya sudah lazim kita dengar. Bahkan berpikir dilakukan oleh semua orang dalam bertindak dan lain sebagainya. Namun tidak semua orang mengetahui makna dari kata berpikir itu sendiri. Berpikir merupakan obyek material logika. Obyek berpikir meliputi kegiatan pikiran, akal budi manusia dan lain sebagainya. Dengan berpikir, manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan, pengerjaan ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.
     Obyek material logika bukanlah bahan-bahan kimia atau salah satu bahasa, bukan sembarangan berpikir yang diselidiki dalam logika, melainkan dalam logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatan. Oleh karena itu, berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran disebut lurus? Suatu pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika. Jika peraturan-peraturan itu ditepati, tentu berbagai kesalahan atau kesesatan dapat dihindarkan. Jadi, kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
       Sesuai identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam studi adalah :
             1.      Apa yang dimaksud dengan salah nalar?
             2.      Apa saja jenis-jenis salah nalar?
          3.      Bagaimana cara mengatasi ataupun menghindari terjadinya salah nalar?
1.3. Tujuan Penelitian
            Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui lebih luas tentang salah nalar khususnya tentang jenis-jenis salah nalar, faktor penyebab terjadinya salah nalar, dan cara mengatasi atau menghindari salah nalar. Selain itu untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia 2.
1.4. Manfaat Penelitian
          1.      Bagi Penulis
          Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan          yang lebih luas lagi tentang salah nalar.
           2.      Bagi Pembaca         
      Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan agar berguna bagi mereka yang memerlukannya terutama mahasiswa/i.
1.5. Metode Penelitian
       1.5.1. Metode Pengumpulan Data / Variabel
                 Data yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah data sekunder yang diambil dari beberapa website yang mendukung penelitian ini.


  







BAB II

2.1. Definisi Salah Nalar
            Salah nalar merupakan gagasan, pikiran, kepercayaan, dan simpulan yang salah, keliru, atau cacat. Dalam proses berpikir sering sekali kita keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan, atau ketidaktahuan.

2.2. Jenis-jenis Salah Nalar
      1.      Deduksi yang Salah
Adalah simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.
Contoh deduksi yang salah :
ü  Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
ü  Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.

      2.      Generalisasi Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini juga terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, malas untuk mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan  yang terbatas.
Contoh generasi terlalu luas :
ü  Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
ü  Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.

      3.      Pemilihan Terbatas pada Dua Alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh pemilihan terbatas pada dua alternatif :
ü  Petani harus bersekolah supaya terampil.
ü  Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.

      4.      Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh penyebab salah nalar :
ü  Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
ü  Hendra mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.

      5.      Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh analogi yang salah :
ü  Pada hari Senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari Selasa Patriana kuliah juga mengendarai sepeda motor. Pada hari Rabu Patriana kuliah pasti mengendarai sepeda motor.
ü  Rektor harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin divisi.
ü  Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.

      6.      Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh argumentasi bidik orang :
ü  Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
ü  Kusdi kesulitas membuat tugas makalah Bahasa Indonesia karena tidak mempunyai materi Bahasa Indonesia.

      7.      Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar jenis ini berhubungan dengan anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika orang lain melakukan hal itu.
Contoh meniru-niru yang sudah ada :
ü  Saat Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia Slamet mencontek, karena pada mata kuliah Statistik Fitriawati juga mencontek.
ü  Kita bisa melakukan korupsi karena pejabat pemerintah melakukannya.

      8.      Penyamarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.
Contoh penyamarataan para ahli :
ü  Sarifah pandai membuat kue, ia adalah lulusan SMEA.
ü  Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia adalah Diska, Sarjana Ekonomi.

2.3. Cara Mengatasi atau Menghindari Salah Nalar
            Ada beberapa cara untuk mengatasi atau menghindari salah nalar. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut :
         a.       Dapat berkomunikasi dengan baik
         b.      Harus mengetahui teori dasar dalam berpikir
         c.       Jangan menyimpulkan premis dengan cepat
         d.      Memikirkan perkataan atau kalimat sebelum diucapkan
         e.       Memilih kata dengan baik
         f.       Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
         g.      Sering membaca buku agar memiliki wawasan yang luas
         h.      Tidak cepat menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih          dahulu kebenarannya








  






BAB III

3.1. Kesimpulan
       Salah nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud. Salah nalar juga terjadi apabila seseorang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
         Sesungguhnya salah nalar dapat dihindari dengan mempelajari teori dalam berlogika.















DAFTAR PUSTAKA

Aldiano, Wahyudi. “Salah Nalar”. http://wahyudialdiano.blogspot.co.id/2014/03/salah-nalar.html. (diakses tanggal 26 Desember 2015)
Risdiyantocbr. “Bahasa Indonesia Salah Nalar”. http://risdiyantocbr.blogspot.co.id/2013/04/bahasa-indonesia-salah-nalar.html. (diakses tanggal 26 Desember 2015)
Seckerfers. “Salah Nalar”. https://seckerfers.wordpress.com/2011/10/28/salah-nalar/. (diakses tanggal 26 Desember 2015)

25 Desember 2015

Biografi Hoegeng Imam Santoso

BIOGRAFI HOEGENG IMAM SANTOSO
POLISI PALING JUJUR DI INDONESIA


foto dari wikipedia


Siapa yang tidak kenal dengan Hoegeng Imam Santoso atau yang akrab disapa Hoegeng. Beliau adalah mantan Kapolri yang dikenal bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hoegeng adalah simbol keteladanan dan kejujuran Polri. Ditengah terjadinya krisis kepercayaan kepada Polri dan birokrasi, Hoegeng tampil sebagai seorang yang pantas dipercaya. Almarhum Presiden Gus Dur pernah berkata, “Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng”.


PENDIDIKAN
Semasa kecil, Hoegeng dididik dalam keluarga yang menekankan kedisiplinan dalam segala hal. Hoegeng masuk pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) pada tahun 1927 saat beliau berusia enam tahun. Kemudian pada tahun 1934, beliau melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), yaitu pendidikan menengah setingkat SMP di Pekalongan. Pada tahun 1937, beliau melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School (AMS) Westers Klasiek, pendidikan setingkat SMA di Yogyakarta. Pada saat bersekolah di AMS, bakatnya dalam bidang bahasa sangatlah menonjol. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang suka bicara dan bergaul dengan siapa saja tanpa mempedulikan ras atau bangsa. Pada tahun 1940, Hoegeng belajar ilmu hukum di Rechts Hoge School Batavia, namun tidak sampai lulus karena Jepang menyerbu Hindia Belanda dan memaksanya untuk pulang ke Pekalongan. Tahun 1950, Hoegeng mengikuti kursus orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, George, Amerika Serikat.


KARIER
Hoegeng menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1952. Kemudian beliau menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi Sumatera Utara pada tahun 1956 di Medan. Tahun 1959, Hoegeng mengikuti Pendidikan Brimob dan menjadi seorang Staff Direktorat II Mabes Kepolisian Negara pada tahun 1960, Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti pada tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara, kariernya terus menanjak dan menjabat Deputi Operasi Pangak pada tahun 1966, dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih pada tahun 1966. Pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969 berubah menjadi Kapolri) menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971, dan digantikan oleh Drs. Mohamad Hasan.


KASUS-KASUS BESAR YANG TERUNGKAP
Selama Hoegeng menjabat sebagai Kapolri, ada dua kasus yang sangat menggemparkan masyarakat. Pertama, kasus Sum Kuning yaitu pemerkosaan terhadap penjual telur yang bernama Sumarijem dimana pelakunya diduga adalah anak-anak petinggi di Yogyakarta. Ironisnya korban justru dipenjara oleh polisi dengan tuduhan memberi keterangan palsu kemudian dianggap terlibat kegiatan ilegal PKI. Nuansa rekayasa semakin terlihat ketika persidangan digelar tertutup. Wartawan yang menulis kasus Sum juga harus berurusan dengan hukum dan dipenjara.
Kasus kedua adalah penyelundupan mobil-mobil mewah bernilai miliaran rupiah oleh Robby Tjah Jadi. Pengusaha ini hanya mendekam beberapa jam di tahanan Komdak karena adanya jaminan. Kejaksaan Jakarta Raya juga menutup kasus ini. Pada kasus penyelendupan mobil mewah berikutnya Robby tidak bisa berkutik dan pejabat yang terbukti menerima sogokan pun ditahan. Kasus inilah yang diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Presiden Soeharto.


BERHENTI MENJADI KAPOLRI
Hoegeng diberhentikan dari jabatannya sebagai Kapolri pada 2 Oktober 1971 kemudian posisi Kapolri digantikan oleh Komisaris Jenderal Polisi Drs. Moh. Hasan. Pemberhentian Hoegeng dari jabatannya ini menyisakan sejumlah tanda tanya karena masa jabatannya sebagai Kapolri belum habis saat itu. Berbagai spekulasi pun muncul, ada yang berkata bahwa figur Hoegeng terlalu populer dikalangan pers dan masyarakat, ada pula yang menyebutkan bahwa Hoegeng dicopot dari jabatannya karena kebijaksanaannya yang mengatur tentang penggunaan helm dan cara duduk bagi penumpang motor yang dinilai cukup kontroversi saat itu.
Memasuki masa pensiun, Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan karyanyalah yang menjadi sumber Hoegeng untuk menafkahi keluarganya. Beliau juga tercatat sebagai anggota ORARI.


PENGHARGAAN
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Imam Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa diantaranya :
  §  Bintang Gerilya
  §  Bintang Dharma
  §  Bintang Bhayangkara I
  §  Bintang Kartika Eka Paksi I
  §  Bintang Jalasena I
  §  Bintang Swa Buana Paksa I
  §  Satya Lencana Sapta Marga
  §  Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II)
  §  Satya Lencana Peringatan Kemerdekaan
  §  Satya Lencana Prasetya Pancawarsa
  §  Satya Lencana Dasa Warsa
  §  Satya Lencana GOM I
  §  Satya Lencana Yana Utama
  §  Satya Lencana Penegak
  §  Satya Lencana Ksatria Tamtama


AKHIR HAYAT HOEGENG IMAM SANTOSO
Pada 14 Juli 2004, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada usia 83 tahun akibat mengalami stroke dan penyumbatan saluran pembuluh jantung. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka, Kompleks Pesona Kahyangan, Jl. Margonda Raya Blok DH-I, Pancoran Mas, Depok. Kemudian almarhum dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giritama, Desa Tonjo, Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Hoegeng merupakan sosok tokoh yang sangat bisa dijadikan teladan bagi semua anak bangsa Indonesia. Dalam keadaan sulitpun, beliau tetap mengutamakan kejujuran. Saat banyak tokoh masih menurut atau takut pada kekuasaan otoriter, Hoegeng justru berani menyuarakan kebenaran. Sampai akhir hayatnya beliau tetap menjunjung prinsipnya ini.



Referensi :

9 November 2015

Penalaran Induktif

PENALARAN INDUKTIF






Nama Dosen : Drs. Budi Santoso, SS. MM
Penyusun : Wa Ode Siti Hawani (29213185)




FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015







KATA PENGANTAR

            Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini dibuat untuk melengkapi nilai mata kuliah Bahasa Indonesia 2 di Jurusan  Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma dengan mengambil judul “Penalaran Induktif”.
            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada :
1.      Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, SE, MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Toto Sugiharto, Ir., MSc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
3.      Bapak Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma
4.      Bapak Drs. Budi Santoso, SS., MM., selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2, yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
            Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Kritik serta Saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.


Bekasi, November 2015


                                                                                                                             Penulis






Wa Ode Siti Hawani






DAFTAR ISI


Halaman Judul
Kata Pengantar..............................................................................................     i
Daftar isi........................................................................................................    ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang Masalah....................................................................    1
1.2.      Rumusan dan Batasan Masalah........................................................     1
1.3.      Tujuan Penelitian...............................................................................    1
1.4.      Manfaat Penelitian.............................................................................    1
1.5.      Metode Penelitian
            1.5.1.   Metode Pengumpulan Data / Variabel.... ................................  1

BAB II PEMBAHASAN
2.1.      Pengertian Penalaran...........................................................................   2
2.2.      Pengertian Penalaran Induktif............................................................    2
2.3.      Bentuk-Bentuk Penalaran Induktif.....................................................    2
2.4.      Contoh Penalaran Induktif................................... ...............................   4

BAB III PENUTUP
3.1.      Kesimpulan.........................................................................................    6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................   iii











BAB I

1.1. Latar Belakang
            Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
            Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
       Sesuai identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam studi adalah :
   1.      Apa yang dimaksud dengan penalaran?
   2.      Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif?
   3.      Apa saja bentuk dari penalaran induktif?
   4.      Contoh dari penalaran induktif

1.3. Tujuan Penelitian
            Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui lebih luas tentang penalaran khususnya penalaran induktif, mengetahui bentuk-bentuk penalaran induktif beserta contoh penalaran induktif. Selain itu untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia 2.

1.4. Manfaat Penelitian
   1.      Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang penalaran induktif.
   2.      Bagi Pembaca
Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan agar berguna bagi mereka yang memerlukannya terutama mahasiswa/i.

1.5. Metode Penelitian
       1.5.1. Metode Pengumpulan Data / Variabel
                 Data yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah data sekunder yang diambil dari beberapa website yang mendukung penelitian ini.









       
BAB II

2.1. Pengertian Penalaran
            Menurut wikipedia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
            Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
            Adapun ciri-ciri penalaran adalah sebagai berikut :
·         Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis)
·         Sifat analitik dari proses berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik

2.2. Pengertian Penalaran Induktif
            Penalaran induktif adalah proses penalaran dalam menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus, dan prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara empirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

2.3. Bentuk-bentuk Penalaran Induktif
    1.      Generalisasi
Adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pertanyaan yang bersifat khusus untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia diseluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Macam-macam generalisasi :
·         Generalisasi sempurna
Adalah generasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang atau diganggu gugat.
Contoh : Sensus penduduk
·         Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang belum diselidiki.
Contoh : Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon

    2.      Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah analogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
            Seorang anak yang baru lahir masih suci. Baik buruknya anak tersebut kelak antara lain bergantung pada bagimana cara orangtua mendidiknya, pengaruh orang-orang terdekat dan lingkungannya. Demikian pula kertas putih yang belum bernoda, akan menjadi apa kertas tersebut tergantung pada apa yang akan kita goreskan pada kertas putih tersebut.
            Jenis-jenis analogi :
1.    Analogi induktif
Yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. 
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2.    Analogi deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

    3.      Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1.      Sebab - Akibat
Contoh : Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor 
2.      Akibat - Sebab
Contoh : Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik
3.      Akibat - Akibat
Contoh : Toni melihat kecelakaan di jalan raya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan

2.4. Contoh Penalaran Induktif
       Contoh 1 :
       Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh berat beban hidupnya.

       Contoh 2 :
       Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti Breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.

       Contoh 3 :
            Harimau memiliki taring
            Anjing memiliki taring
            Serigala memiliki taring
            Semua hewan karnivora memiliki taring 

  








BAB III

3.1. Kesimpulan
            Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
            Penalaran induktif adalah proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan menghasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.







  



DAFTAR PUSTAKA

Ismayadefi. “Makalah Bahasa Indonesia Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif”. http://ismayadefi.blogspot.co.id/2011/11/makalah-bahasa-indonesia-penalaran.html. (diakses tanggal 07 November 2015)
Setiawan, Angga. “Pengertian Penalaran Induktif”. http://storiangga.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-penalaran-induktif.html. (diakses tanggal 08 November 2015)
Rismarhaesa15. “Pengertian Penalaran, Deduktif, dan Induktif Beserta Contoh dan Ciri-cirinya”. https://rismarhaesa15.wordpress.com/2015/03/28/pengertian-penalaran-deduktif-dan-induktif-beserta-contoh-dan-ciri-cirinya/. (diakses tanggal 07 November 2015)
Dhanieardyn. “Penalaran Induktif dan Deduktif”. http://dhanieardyn.blogspot.co.id/2015/04/penalaran-induktif-dan-deduktif.html. (diakses tanggal 07 November 2015)
Nita, Mentari. “Penalaran Induktif dan Deduktif”. http://www.slideshare.net/MentariNita/penalaran-induktif-dan-deduktif-softskill-3-ea24. (diakses tanggal 08 November 2015)

Review 12 - Perpajakan Internasional dan Penetapan Harga Transfer

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Dwi Ayu Larasati (22213664) Dwi Puspita Agustin (22213693) Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733) Puti Melati ...