9 November 2015

Penalaran Induktif

PENALARAN INDUKTIF






Nama Dosen : Drs. Budi Santoso, SS. MM
Penyusun : Wa Ode Siti Hawani (29213185)




FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015







KATA PENGANTAR

            Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun makalah ini dibuat untuk melengkapi nilai mata kuliah Bahasa Indonesia 2 di Jurusan  Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma dengan mengambil judul “Penalaran Induktif”.
            Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada :
1.      Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, SE, MM., selaku Rektor Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Toto Sugiharto, Ir., MSc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
3.      Bapak Dr. Imam Subaweh, SE., MM., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma
4.      Bapak Drs. Budi Santoso, SS., MM., selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2, yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
            Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Kritik serta Saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.


Bekasi, November 2015


                                                                                                                             Penulis






Wa Ode Siti Hawani






DAFTAR ISI


Halaman Judul
Kata Pengantar..............................................................................................     i
Daftar isi........................................................................................................    ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang Masalah....................................................................    1
1.2.      Rumusan dan Batasan Masalah........................................................     1
1.3.      Tujuan Penelitian...............................................................................    1
1.4.      Manfaat Penelitian.............................................................................    1
1.5.      Metode Penelitian
            1.5.1.   Metode Pengumpulan Data / Variabel.... ................................  1

BAB II PEMBAHASAN
2.1.      Pengertian Penalaran...........................................................................   2
2.2.      Pengertian Penalaran Induktif............................................................    2
2.3.      Bentuk-Bentuk Penalaran Induktif.....................................................    2
2.4.      Contoh Penalaran Induktif................................... ...............................   4

BAB III PENUTUP
3.1.      Kesimpulan.........................................................................................    6

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................   iii











BAB I

1.1. Latar Belakang
            Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
            Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah
       Sesuai identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam studi adalah :
   1.      Apa yang dimaksud dengan penalaran?
   2.      Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif?
   3.      Apa saja bentuk dari penalaran induktif?
   4.      Contoh dari penalaran induktif

1.3. Tujuan Penelitian
            Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui lebih luas tentang penalaran khususnya penalaran induktif, mengetahui bentuk-bentuk penalaran induktif beserta contoh penalaran induktif. Selain itu untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia 2.

1.4. Manfaat Penelitian
   1.      Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang penalaran induktif.
   2.      Bagi Pembaca
Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan agar berguna bagi mereka yang memerlukannya terutama mahasiswa/i.

1.5. Metode Penelitian
       1.5.1. Metode Pengumpulan Data / Variabel
                 Data yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah data sekunder yang diambil dari beberapa website yang mendukung penelitian ini.









       
BAB II

2.1. Pengertian Penalaran
            Menurut wikipedia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
            Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
            Adapun ciri-ciri penalaran adalah sebagai berikut :
·         Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis)
·         Sifat analitik dari proses berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik

2.2. Pengertian Penalaran Induktif
            Penalaran induktif adalah proses penalaran dalam menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus, dan prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara empirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.

2.3. Bentuk-bentuk Penalaran Induktif
    1.      Generalisasi
Adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pertanyaan yang bersifat khusus untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh generalisasi :
Pemakaian bahasa Indonesia diseluruh daerah di Indonesia dewasa ini belum dapat dikata seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan terlihan dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Diungkapkan persurat kabaran, radio, dan TV pemakaian bahasa indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Fakta – fakta diatas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Macam-macam generalisasi :
·         Generalisasi sempurna
Adalah generasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak dapat diserang atau diganggu gugat.
Contoh : Sensus penduduk
·         Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang belum diselidiki.
Contoh : Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon

    2.      Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah analogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
            Seorang anak yang baru lahir masih suci. Baik buruknya anak tersebut kelak antara lain bergantung pada bagimana cara orangtua mendidiknya, pengaruh orang-orang terdekat dan lingkungannya. Demikian pula kertas putih yang belum bernoda, akan menjadi apa kertas tersebut tergantung pada apa yang akan kita goreskan pada kertas putih tersebut.
            Jenis-jenis analogi :
1.    Analogi induktif
Yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. 
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2.    Analogi deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

    3.      Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1.      Sebab - Akibat
Contoh : Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor 
2.      Akibat - Sebab
Contoh : Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik
3.      Akibat - Akibat
Contoh : Toni melihat kecelakaan di jalan raya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan

2.4. Contoh Penalaran Induktif
       Contoh 1 :
       Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh berat beban hidupnya.

       Contoh 2 :
       Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti Breakdance, Shuffle, salsa (dan Kripton), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.

       Contoh 3 :
            Harimau memiliki taring
            Anjing memiliki taring
            Serigala memiliki taring
            Semua hewan karnivora memiliki taring 

  








BAB III

3.1. Kesimpulan
            Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
            Penalaran induktif adalah proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan menghasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.







  



DAFTAR PUSTAKA

Ismayadefi. “Makalah Bahasa Indonesia Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif”. http://ismayadefi.blogspot.co.id/2011/11/makalah-bahasa-indonesia-penalaran.html. (diakses tanggal 07 November 2015)
Setiawan, Angga. “Pengertian Penalaran Induktif”. http://storiangga.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-penalaran-induktif.html. (diakses tanggal 08 November 2015)
Rismarhaesa15. “Pengertian Penalaran, Deduktif, dan Induktif Beserta Contoh dan Ciri-cirinya”. https://rismarhaesa15.wordpress.com/2015/03/28/pengertian-penalaran-deduktif-dan-induktif-beserta-contoh-dan-ciri-cirinya/. (diakses tanggal 07 November 2015)
Dhanieardyn. “Penalaran Induktif dan Deduktif”. http://dhanieardyn.blogspot.co.id/2015/04/penalaran-induktif-dan-deduktif.html. (diakses tanggal 07 November 2015)
Nita, Mentari. “Penalaran Induktif dan Deduktif”. http://www.slideshare.net/MentariNita/penalaran-induktif-dan-deduktif-softskill-3-ea24. (diakses tanggal 08 November 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review 12 - Perpajakan Internasional dan Penetapan Harga Transfer

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Dwi Ayu Larasati (22213664) Dwi Puspita Agustin (22213693) Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733) Puti Melati ...