31 Mei 2014

3.5. Teori Ekonomi Menurut Schumpeter

Joseph Alois Schumpeter pertama kali mengemukakan teorinya dalam bukunya yang berjudul The Theory of Economic Development pada tahun 1911 yang menggunakan bahasa Jerman. Pada tahun 1934 beliau menerbitkan kembali buku tersebut tetapi dengan menggunakan bahasa Inggris. Schumpeter dalam bukunya Business Cycles (1939) menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan. Teori Schumpeter menekankan kepada pentingnya peranan pengusaha dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan terus menerus membuat inovasi di dalam kegiatan ekonomi. Teori ini memisalkan bahwa perekonomian sedang tidak berkembang akan tetapi dengan inovasi yang dilakukan oleh pengusaha akan membantu dalam meningkatkan tingkat perekonomian negara dengan cara investasi dan kredit modal. Menurut Schumpeter, semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas dalam melakukan inovasi. Dengan hal ini maka perekonomian akan berjalan lambat dan akhirnya akan terjadi keadaan yang tidak berkembang (stationary state). Berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Inovasi yang dimaksud oleh Schumpeter meliputi unsur-unsur seperti berikut:
    ·         Memperkenalkan suatu produk baru
    ·         Mempertinggi efisiensi suatu produk
    ·         Mengadakan perluasan pasar suatu barang
    ·         Mengadakan perubahan dalam organisasi produksi untuk mempertinggi eksistensi yang memungkinkan timbulnya proses imitasi dimana pengusaha melakukan pengembangan teknologi baru
Analisis-analisis Schumpeter tentang pertumbuhan ekonomi hanya dapat diterima di negara maju saja, sedangkan di negara terbelakang tidak bisa diterapkan. Berikut rincian mengenai teori Schumpeter mengenai negara terbelakang:
      1.      Perbedaan tatanan sosio-ekonomi
Teori Schumpeter berkaitan dengan tatanan sosio-ekonomi tertentu yang ada di Eropa Barat dan Amerika pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu sudah ada beberapa prasyarat pertumbuhan. Di negara terbelakang, kondisi sosio-ekonominya sama sekali berbeda dan tidak ada prasyarat pembangunan dalam bentuk overhead ekonomi dan sosial.
      2.      Kurangnya kewiraswastaan
Analisa Schumpeter bergantung pada adanya kaum pengusaha akan tetapi negara terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta yang memadai. Pada perekonomian seperti itu, rendahnya harapan laba dan keadaan teknologi tidak mendorong investasi yang bersifat inovasi pada pabrik dan peralatan baru. Selain itu kurangnya tenaga yang memadai, angkutan, tenaga terampil, dan lain-lain bertindak sebagai penghambat kegiatan wiraswasta.
      3.      Tidak dapat diterapkan pada negara sosialis
Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada mayoritas negara terbelakang yang mempunyai kecenderungan sosialis. Sebagai contoh, langkah jaminan sosial dan penerapan pajak pendapatan progresif yang tinggi bertentangan dengan perkembangan golongan pengusaha karena hal itu cenderung mengurangi laba.
      4.      Tidak dapat diterapkan pada ekonomi campuran
Inovator (versi Schumpeter) adalah pengusaha swasta yang tidak sesuai dengan ekonomi campuran masa kini. Di negara terbelakang, pemerintah adalah pengusaha yang paling besar. Dorongan utama bagi pembangunan datang dari sektor negara dan semi negara. Jadi inovator (menurut Schumpeter) mempunyai peranan yang terbatas untuk bermain di suatu negara terbelakang.
      5.      Yang dibutuhkan adalah perubahan kelembagaan dan bukan inovasi
Untuk memulai proses pembangunan dan membuatnya “berdikari”, yang diperlukan bukan inovasi saja tetapi juga kombinasi dari beberapa faktor seperti struktur organisasi, praktek bisnis, tenaga yang tampil dan nilai-nilai, sikap dan motivasi yang tepat.
      6.      Asimilasi inovasi
Menurut Henry Walich, proses pembangunan di negara terbelakang didasarkan tidak pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi yang ada. Karena pengusaha di negara terbelakang tidak berada dalam posisi mengadakan inovasi, tetapi mereka mengambil inovasi yang terjadi di negara maju.
      7.      Mengabaikan konsumsi
Proses Schumpeter “berorientasi produksi” sementara proses pembangunan “berorientasikan konsumsi”. Penilaian ini sekarang terlihat pada adanya kecenderungan menuju negara kesejahteraan dimana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.
      8.      Mengabaikan tabungan
Penekan utama Schumpeter pada arti kredit bank mengabaikan arti tabungan riil dalam investasi. Hal itu juga mengurangi arti penting anggaran belanja defisit, tabungan anggaran kerja, kredit umum dan langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekonomi.
      9.      Mengabaikan pengaruh eksternal
Menurut Schumpeter, pembangunan merupakan hasil dari perubahan yang muncul dari dalam perekonomian. Tetapi di negara terbelakang perubahan itu tidak terjadi dari dalam perekonomian, tetapi perubahan tersebut adalah hasil dari gagasan, teknologi, dan modal yang diimpor. Teknologi yang terbelakang, tabungan potensial yang rendah dan lembaga sosial, ekonomi dan politik yang ketinggalan zaman, tidak mampu mendorong pembangunan dari dalam.
     10.  Mengabaikan pertumbuhan penduduk
Lebih lanjut, Schumpeter lalai mempertimbangkan dampak pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi suatu negara. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi cenderung menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang.
     11.  Penjelasan yang tidak memuaskan mengenai tekanan inflasi
Pada sistem Schumpeter, gerakan inflasi merupakan bagian integral dari proses pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangka panjang. Tingkat harga jangka panjang tetap stabil. Namun demikian dalam ekonomi terbelakang bebas inflasi sangat kuat. “Permintaan sosial yang bekerja melalui saluran serikat buruh dan politik berusaha untuk mengeduk lebih banyak daripada yang dapat dihasilkan oleh perekonomian itu sendiri melalui produksi domestik dan perdagangan internasional. Bukan hanya pembangunan dan investasi terkait yang menjadi penyebab kecenderungan inflasi, tetapi seluruh iklim sosial dari perekonomian yang berorientasi permintaan”.

Teori Schumpeter harus disejajarkan sebagai suatu karya besar yang dapat disandingkan dengan karya ahli ekonomi besar lainnya seperti Adam Smith, Karl Marx, Keynes, Marshall dll. Jelas teori Schumpeter ini penuh dengan pemikiran dan wawasan yang cemerlang dari seorang teoritis besar, namun tidak berarti teori ini lepas dari kritik. Berikut adalah kritik-kritik terhadap teori Schumpeter:
    1.      Keseluruhan teori Schumpeter didasarkan pada inovator yang dianggapnya sebagai pribadi yang ideal
Orang-orang seperti itu ditemui pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu inovasi dilakukan oleh para pengusaha atau penemu. Tetapi sekarang semua bentuk inovasi merupakan bagian dari fungsi perusahaan modal bersama. Inovasi dianggap sebagai kebiasaan sehari-hari perusahaan industri dan tidak memerlukan inovator semata-mata.
    2.      Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses siklis
Pasang naik dan pasang surut tidak penting bagi pembangunan ekonomi. Sebagaimana Nurkse kemukakan bahwa pembangunan ekonomi berkaitan dengan perubahan yang berkesinambungan.
    3.      Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat dari inovasi juga tidak benar
Pada kenyataannya fluktuasi siklis bisa karena sebab-sebab psikologis, natural, dan finansial.
    4.      Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi
Pendapatnya ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada inovasi tetapi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lain.
    5.      Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank
Kredit bank mungkin memang penting tetapi dalam jangka pendek ketika perusahaan industri mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Tetapi dalam jangka panjang yaitu ketika kebutuhan dana modal semakin besar, maka kredit bank tidak memadai lagi. Karena itu bagian-bagian bisnis harus menerbitkan saham dan surat utang baru di pasar modal.
    6.      Analisa Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar
Beliau tidak menganalisa bagaimana suatu masyarakat kapitalis berubah menjadi sosialis. Schumpeter menyatakan bahwa kerangka kelembagaan masyarakat berubah dengan adanya perubahan pada fungsi-fungsi pengusaha. Analisanya mengenai berakhirnya kapitalisme sedikit emosional daripada riil. Pada akhirnya Meier dan Baldwin berpendapat bahwa analisa sosio-ekonomi Schumpeter yang luas mengenai proses kapitalis secara umum mengagumkan. Namun demikian hanya sedikit orang yang bersedia menerima kesimpulannya.







Sumber:

3.4. Teori Ekonomi Bertahap

Walt Whitman Rostor atau yang lebih populer dengan panggilan Rostow adalah tokoh ekonomi yang cukup terkenal atas pemikiran-pemikirannya. Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Rostow merupakan garda depan dari Linear Stage of Growth Theory. Pada 1950-1960 teori Rostow banyak mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah dialami oleh negara-negara maju terutama di Eropa. Dengan mengamati proses pembangunan di negara-negara Eropa, Rostow memformulasikan pola pembangunan menjadi tahap-tahap evolusi dari suatu pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara tersebut.
Dalam teorinya, Rostow menjelaskan bahwa modernisasi merupakan proses bertahap, diana masyarakat akan berkembang dari masyarakat tradisional dan akan berakhir pada tahap masyarakan dengan konsumsi tinggi. Rostow membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi Less Developed (untuk kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional) dan terminologi More Developed (untuk kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern). Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses dimana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap lainnya.

Dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economics Growth (1960), Rostow menyatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan:
      1.      Perubahan orientasi ekonomi, politik dan sosial yang awalnya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi keluar
      2.      Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu kesadaran untuk membina keluarga kecil
      3.      Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat dari melakukan investasi yang tidak produktif menjadi investasi yang produktif
      4.      Perubahan sikap hidup dari adat istiadat yang kurang merangsang pembangunan ekonomi, seperti kurang menghargai waktu kerja dan orang lain

Kemudian, Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu negara menjadi lima tahap, yaitu:
      1.      Masyarakat Tradisional
Ilmu pengetahuan pada masyarakat ini masih belum banyak dikuasai. Karena itu masyarakat semacam ini masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan di luar kekuasaan manusia. Manusia seperti ini tunduk kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya produksi masih sangat terbatas. Masyarakat ini juga cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat. Produksi akan dipakai untuk konsumsi dan tidak ada investasi. Pola dan tingkat kehidupan generasi kedua pada umumnya hampir sama dengan kehidupan generasi sebelumnya.
      2.      Masyarakat Transisional
Meskipun perkembangan masyarakat tradisional sangat lambat tetapi akan terus bergerak. Pada suatu titik, masyarakat tradisional akan mencapai posisi transisional. Biasanya keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang sudah lebih maju. Perubahaan ini tidak datang karena faktor-faktor internal masyarakat tersebut, karena pada dasarnya masyarakat tradisional tidak mampu untuk mengubah dirinya sendiri. Campur tangan dari luar ini menggoncangkan masyarakat tradisional tersebut. Dan di dalamnya mulai berkembang ide pembaharuan.
      3.      Tinggal Landas
Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang mengalami proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ini merupakan sesuatu yang berjalan wajar tanpa adanya hambatan yang berarti seperti ketika pada periode prakondisi untuk lepas landas. Pada periode ini, tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10% dari pendapatan nasional atau lebih. Industri-industri baru juga mulai berkembang dengan sangat pesat. Sebagian besar keuntungan ditanamkan kembali ke pabrik yang baru. Sektor modern dari perekonomian seperti ini menjadi berkembang. Dalam bidang pertanian, teknik-teknik baru yang digunakan juga berkembang. Pertanian menjadi usaha yang komersial untuk mencari keuntungan dan bukan hanya sekedar untuk konsumsi semata. Peningkatan dalam produktivitas pertanian ini merupakan sesuatu yang penting dalam proses lepas landas, karena proses modernisasi masyarakat membutuhkan hasil pertanian yang banyak agar ongkos dari perubahan (transisi) ini tidak terlalu mahal.
      4.      Menuju Kedewasaan
Saat tahap lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan meskipun terkadang terjadi pasang surut antara 10% hingga 20% dari pendapatan nasional. Industri akan berkembang dengan pesat. Sesudah 60 tahun sejak sebuah negara lepas landas atau 40 tahun setelah periode lepas landas berakhir, tingkat kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industri terjadi tidak hanya pada teknik-teknik produksi tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Barang-barang yang diproduksi tidak terbatas pada barang yang dikonsumsi tetapi juga barang modal.
      5.      Konsumsi Masal Tinggi
Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi masyarakat tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup tetapi meningkat ke kebutuhan yang leih tinggi. Produksi industri juga berubah dari kebutuhan dasar menjadi kebutuhan barang konsumsi yang tahan lama. Pada periode ini, investasi untuk meningkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang paling utama. Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus. Seperti halnya teori-teori modernisasi lainnya yang didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Titik terpentig dalam gerak kemajuan dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lainnya adalah periode lepas landas.

Ada kelebihan dari teori yang dikemukakan oleh Rostow, yaitu:
      1.      Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi :
             ·         Masyarakat tradisional
             ·         Masyarakat pra kondisi tinggal landas
             ·         Masyarakat tinggal landas
             ·         Masyarakat kematangan pertumbuhan
             ·         Masyarakat dengan konsumsi biaya tinggi
      Tahapan-tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada pengambilan kebijakan di sebuah negara tentang tahapan dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang harus dilalui untuk menjadikan sebuah negara menjadi lebih maju. Kejelasan teori yang disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak negara berkembang menerapkan teori ini dalam pembangunan.
     2.      Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh sumber daya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
v  Dana investasi dari pajak yang tinggi
v  Dana investasi dari pasar uang atau pasar modal
v  Melalui perdagangan internasional
v  Investasi langsung modal asing

Selain itu, kekurangan-kekurangan dari teori yang dikemukakan oleh Rostow diantaranya:
     1.      Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah sebuah negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
     2.      Dengan dasar teori ini, seringkali negara harus melakukan mobilisasi seluruh kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah lainnya tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang. Kerusakan alam justru berakibat pada penuruna ekonnomi masyarakat tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial dan sebagainya.
     3.      Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumber daya modal dari investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana, pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam bentuk pinjaman baik dari negara kreditor maupun dari lembaga-lembaga internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC. Pinjaman juga sering diberikan kepada pemerintah negara berkembang untuk mendanai proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terdapat ketidakseimbangan posisi karena negara berkembang tersebut berposisi sebagai debitor sedangan negara atau lembaga asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan sehingga yang tampak, pemerintah negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah tangan kanan dar negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-agenda politik maupun ekonominya di negara yang sedang berkembang. Negara berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan utang sehingga menjadikan mereka sulit untuk menuju kemajuan yang diharapkan.
     4.      Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan oleh Rostow justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah pertumbuhan ekonomi yang dipercepat.





Sumber :


3.3. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Neo-Klasik

Neo-Klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi yang menjabarkan tentang pembentukan harga, produksi dan distribusi pendapatan melalui mekanisme permintaan dan penawaran pada suatu pasar. Teori pertumbuhan neo-klasik pertama kali dikembangkan oleh Prof. Robert Solow. Beliau mendapatkan penghargaan nobel pada tahun 1987 untuk teorinya tersebut. Teori yang ia kemukakan dalam Quarterly Journals of Economics terbitan Febuari 1956 dalam tulisan yang berjudul A Contribution of The Theory of Economics Growth.

Pendapat neo-klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat disimpulkan seperti berikut ini:
1.      Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan ekonomi. Menurut neo-klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Pada suatu tingkat tertentu, tingkat bunga menentukan tingginya tingkat investasi.
2.      Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. Proses perkembangan meliputi semua faktor yang terlibat tumbuh bersama.
3.      Adanya aspek internasional dalam setiap perkembangan. Dengan adanya pasar yang luas akan memungkinkan produksi sebesar-besarnya sehingga produktivitas semakin meningkat.
4.      Perkembangan merupakan proses yang gradual. Perkembangan merupakan proses yang bertahap dan berlangsung terus menerus.
5.      Aliran neo-klasik merasa optimis terhadap perkembangan ekonomi. Aliran sebelumnya (aliran klasik) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi terhambat karena terbatasnya SDA, sedangkan aliran neo-klasik yakin bahwa manusia mampu mengatasi keterbatasan tersebut.

Beberapa ciri-ciri teori ekonomi neo-klasik adalah :
 ü  Perkembangan faktor-faktor produksi dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama yang akan menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu masa tertentu dan perkembangannya dari waktu ke waktu lainnya
 ü  Pemerintah sudah ikut campur tangan dalam perekonomian negara
 ü  Sudah diterapkannya sistem pajak dan kemungkinan akan terjadi inflasi
 ü  Melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
 ü  Menganalisis sumbangan dari perkembangan stok modal dan perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi

Adapun pendapat para ahli mengenai aliran neo-klasik yaitu sebagai berikut:
 §  Robert Solow
Beliau berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil input maupun output. Pertumbuhan penduduk yang terjadi dapat berdampak positif dan negatif. Oleh karena itu, pertambahan penduduk haruk dimanfaatkan sebagai sumber daya yang positif. Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi ouptut, faktor modal dan tenaga kerja dapat dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

Q = f (C.L)

Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal)
L = Labour (tenaga kerja)

 §  Harrord Domar
Harrord Domar beranggapan bahwa modal harus dipakai secara efektif karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan pembentukan modal terebut. Teori yang dikemukakan beliau juga membahas tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja.







Sumber:


3.2. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Teori Ekonomi Klasik

Teori Ekonomi Klasik secara umum dianggap sebagai aliran modern pertama dalam sejarah pemikiran ekonomi. Teori ekonomi klasik mulai berkembang sekitar pada abad ke-18. Adam Smith merupakan pemikir utama dari ekonomi klasik. Sebuah karya milik Adam Smith yaitu The Wealth of Nations pada tahun 1776 dianggap sebagai penanda dimulainya era ekonomi klasik. Ekonomi klasik menyatakan bahwa pasar bebas akan mengatur dirinya sendiri jika tidak ada campur tangan dari pihak apapun. Ekonomi klasik menekankan pada penerapan harga yang fleksibel baik dari segi upah maupun barang. Postulat lainnya yang ditekankan oleh ekonomi klasik adalah keseimbangan antara tabungan dan investasi dengan asumsi bahwa suku bunga fleksibel akan selalu menjaga ekuilibrium. Aliran ekonomi klasik mengemuka hingga pertengahan abad ke-19 dan kemudian digantikan oleh aliran ekonomi neoklasik (1870)

Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut:
·         Perekonomian yang didasarkaan pada sistem bebas berusaha (Laissez Faire) artinya mempunyai kemampuan untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis. Terjadi tangan bebas atau pasar bebas dalam mencapai keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau kesempatan kerja penuh (tidak ada pengangguran).
·         Pemerintah tidak ikut campur tangan. Peran pemerintah hanya pada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan serta pembangunan infrastruktur.
·         Harga barang ditentukan oleh produsen dann konsumen.
·         Tingkat upah ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Apabila kelebihan tenaga kerja maka akan menurunkan upah, tetapi apabila kekurangan tenaga kerja maka akan meningkatkan upah.

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang teori ekonomi klasik, diantaranya:
      1.      Adam Smith (1723-1790)
Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bertumpu pada adanya pertumbuhan penduduk. Dengan adanya pertumbuhan penduduk maka akan terdapat pertambahan output dan pertambahan hasil. Teori ini terdapat dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.

      2.      Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Menurut Thomas Robert Malthus, perkembangan perekonomian suatu negara ditentukan oleh pertambahan jumlah penduduk. Karena dengan bertambahnya jumlah penduduk secara otomatis jumlah permintaan terhadap barang dan jasa akan bertambah. Selain itu, perkembangan ekonomi suatu negara juga memerlukan kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus.
      
\     3.      David Ricardo (1772-1823)
David Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga dua kali lipat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori ini dituangkannya dalam bukunya yang berjudul The Principles of Political and Taxation.

      4.      John Stuart Mill (1806-1873)
John Stuart Mill merupakan salah satu tokoh yang menganut sistem kebebasan. Beliau berpendapat bahwa masalah perekonomian merupakan masalah sosial. Selain itu beliau juga mengemukakan tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya dan ikut serta dalam kemakmuran negaranya dengan berbagai cara seperti meningkatkan produksi, mencintai produk negeri sendiri serta masalah distribusi barang dan jasa.

      5.      Karl Max (1818-1883)
Teori yang dikemukakan oleh Karl Max menitikberatkan pada kekurangan konsumsi yang akan melumpuhkan kemampuan produksi. Produksi yang berlebihan secara umum akan menimbulkan runtuhnya teori kapitalisme.
Semua pendapat dari  para tokoh memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana cara untuk mengembangkan perekonomian suatu negara dan bisa mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Jika kebutuhan masyarakat terpenuhi maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang maju dan sejahtera.

Menurut teori ilmu ekonomi klasik, masalah pokok ekonomi masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga permasalahan penting, yaitu:
      1.      Masalah Produksi
      Untuk mencapai kemakmuran, barang-barang kebutuhan harus tersedia diantara masyarakat. Karena masyarakat sangat heterogen maka barang-barang yang tersediapun juga beragam jenisnya sehingga akan muncul permasalahan bagi produsen, yaitu barang apa saja yang harus diproduksi. Selain itu akan muncul kekhawatiran bagi produsen apabila memproduksi suatu barang tertentu tetapi tidak dikonsumsi masyarakat.
      2.      Masalah Distribusi
      Agar barang dan jasa yang telah dihasilkan dapat sampai kepada orang yang tepat maka dibutuhkan sarana serta prasarana distribusi yang baik.
      3.      Masalah Konsumsi
      Hasil produksi yang telah didistribusikan kepada masyarakat yang idealnya dapat dikonsumsi dan digunakan oleh masyarakat yang tepat pasti digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tepat pula. Persoalan yang muncul apakah barang tersebut akan dikonsumsi dengan tepat oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkannya atau menjadi sia-sia karena tidak terjangkau oleh masyarakat sehingga proses konsumsi tidak berjalan sebagai subjek ekonomi.



Sumber:

3.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu atau dapat juga diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek dari pembangunan ekonomi dan lebih menekankan kepada peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita. Perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balasan dari jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, diantaranya:
      1.      Sumber Daya Manusia
Sama seperti proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting dalam proses pembangunan cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya (selaku subjek pembangunan) memiliki kompetensi yang memadai untuk melakukan proses pembangunan.
      2.      Sumber Daya Alam
Sumber daya alam terdiri dari kesuburan tanah, mineral, tambang, hasil hutan dan laut. Sebagian besar negara-negara berkembang bergantung kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunan negaranya. Namun demikian, sumber daya alam tidak menjamin keberhasilan proses pembangunan ekonomi apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.
      3.      Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dapat mendorong percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin yang canggih sehingga akan berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas serta kuantitas. Serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan akan berdampak pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
      4.      Faktor Budaya
Faktor ini dapat berfungsi sebagai pendorong proses pembangunan, tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya adalah sikap kerja keras, cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Selain itu budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN dan sebagainya.
      5.      Sumber Daya Modal
Modal sangat dibutuhkan untuk mengelolah SDA serta meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi, karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Pertumbuhan ekonomi memili ciri-ciri seperti berikut:
  ü  Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita
  ü  Urbanisasi
  ü  Arus barang, modal, dan orang antar bangsa
  ü  Peningkatan produktivitas
  ü  Laju perubahan struktural
  ü  Ekspansi negara maju

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, diantaranya:
a.       Metode Sederhana
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam menghitung pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi metode ini mempunyai kelembahan yaitu hanya bisa digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan tahunan (hanya satu tahun). Rumusnya adalah:


Sedangkan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi pada periode yang lebih panjang (lebih dari satu tahun) harus menghitung tingkat pertumbuhan per tahun terlebih dahulu lalu kemudian dirata-ratakan dengan cara seperti berikut:


b.      Metode End to End
Untuk mengatasi kelemahan pada metode sederhana, maka dikembangkanlah metode end to end. Dengan metode ini tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dengan rumus:


dimana :
n = Jumlah periode observasi

c.       Metode Regresi
Untuk memadukan segi efisiensi dengan upaya mengurangi kenaikan nilai PDB diantara awal dan akhir periode observasi, maka dikembangkanlah metode regresi. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan dihitung dengan membentuk model semi-log seperti berikut:







Sumber:


Review 12 - Perpajakan Internasional dan Penetapan Harga Transfer

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Dwi Ayu Larasati (22213664) Dwi Puspita Agustin (22213693) Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733) Puti Melati ...