31 Mei 2014

3.5. Teori Ekonomi Menurut Schumpeter

Joseph Alois Schumpeter pertama kali mengemukakan teorinya dalam bukunya yang berjudul The Theory of Economic Development pada tahun 1911 yang menggunakan bahasa Jerman. Pada tahun 1934 beliau menerbitkan kembali buku tersebut tetapi dengan menggunakan bahasa Inggris. Schumpeter dalam bukunya Business Cycles (1939) menggambarkan teorinya yang lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan. Teori Schumpeter menekankan kepada pentingnya peranan pengusaha dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan terus menerus membuat inovasi di dalam kegiatan ekonomi. Teori ini memisalkan bahwa perekonomian sedang tidak berkembang akan tetapi dengan inovasi yang dilakukan oleh pengusaha akan membantu dalam meningkatkan tingkat perekonomian negara dengan cara investasi dan kredit modal. Menurut Schumpeter, semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian maka semakin terbatas dalam melakukan inovasi. Dengan hal ini maka perekonomian akan berjalan lambat dan akhirnya akan terjadi keadaan yang tidak berkembang (stationary state). Berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Inovasi yang dimaksud oleh Schumpeter meliputi unsur-unsur seperti berikut:
    ·         Memperkenalkan suatu produk baru
    ·         Mempertinggi efisiensi suatu produk
    ·         Mengadakan perluasan pasar suatu barang
    ·         Mengadakan perubahan dalam organisasi produksi untuk mempertinggi eksistensi yang memungkinkan timbulnya proses imitasi dimana pengusaha melakukan pengembangan teknologi baru
Analisis-analisis Schumpeter tentang pertumbuhan ekonomi hanya dapat diterima di negara maju saja, sedangkan di negara terbelakang tidak bisa diterapkan. Berikut rincian mengenai teori Schumpeter mengenai negara terbelakang:
      1.      Perbedaan tatanan sosio-ekonomi
Teori Schumpeter berkaitan dengan tatanan sosio-ekonomi tertentu yang ada di Eropa Barat dan Amerika pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu sudah ada beberapa prasyarat pertumbuhan. Di negara terbelakang, kondisi sosio-ekonominya sama sekali berbeda dan tidak ada prasyarat pembangunan dalam bentuk overhead ekonomi dan sosial.
      2.      Kurangnya kewiraswastaan
Analisa Schumpeter bergantung pada adanya kaum pengusaha akan tetapi negara terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta yang memadai. Pada perekonomian seperti itu, rendahnya harapan laba dan keadaan teknologi tidak mendorong investasi yang bersifat inovasi pada pabrik dan peralatan baru. Selain itu kurangnya tenaga yang memadai, angkutan, tenaga terampil, dan lain-lain bertindak sebagai penghambat kegiatan wiraswasta.
      3.      Tidak dapat diterapkan pada negara sosialis
Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada mayoritas negara terbelakang yang mempunyai kecenderungan sosialis. Sebagai contoh, langkah jaminan sosial dan penerapan pajak pendapatan progresif yang tinggi bertentangan dengan perkembangan golongan pengusaha karena hal itu cenderung mengurangi laba.
      4.      Tidak dapat diterapkan pada ekonomi campuran
Inovator (versi Schumpeter) adalah pengusaha swasta yang tidak sesuai dengan ekonomi campuran masa kini. Di negara terbelakang, pemerintah adalah pengusaha yang paling besar. Dorongan utama bagi pembangunan datang dari sektor negara dan semi negara. Jadi inovator (menurut Schumpeter) mempunyai peranan yang terbatas untuk bermain di suatu negara terbelakang.
      5.      Yang dibutuhkan adalah perubahan kelembagaan dan bukan inovasi
Untuk memulai proses pembangunan dan membuatnya “berdikari”, yang diperlukan bukan inovasi saja tetapi juga kombinasi dari beberapa faktor seperti struktur organisasi, praktek bisnis, tenaga yang tampil dan nilai-nilai, sikap dan motivasi yang tepat.
      6.      Asimilasi inovasi
Menurut Henry Walich, proses pembangunan di negara terbelakang didasarkan tidak pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi yang ada. Karena pengusaha di negara terbelakang tidak berada dalam posisi mengadakan inovasi, tetapi mereka mengambil inovasi yang terjadi di negara maju.
      7.      Mengabaikan konsumsi
Proses Schumpeter “berorientasi produksi” sementara proses pembangunan “berorientasikan konsumsi”. Penilaian ini sekarang terlihat pada adanya kecenderungan menuju negara kesejahteraan dimana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.
      8.      Mengabaikan tabungan
Penekan utama Schumpeter pada arti kredit bank mengabaikan arti tabungan riil dalam investasi. Hal itu juga mengurangi arti penting anggaran belanja defisit, tabungan anggaran kerja, kredit umum dan langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekonomi.
      9.      Mengabaikan pengaruh eksternal
Menurut Schumpeter, pembangunan merupakan hasil dari perubahan yang muncul dari dalam perekonomian. Tetapi di negara terbelakang perubahan itu tidak terjadi dari dalam perekonomian, tetapi perubahan tersebut adalah hasil dari gagasan, teknologi, dan modal yang diimpor. Teknologi yang terbelakang, tabungan potensial yang rendah dan lembaga sosial, ekonomi dan politik yang ketinggalan zaman, tidak mampu mendorong pembangunan dari dalam.
     10.  Mengabaikan pertumbuhan penduduk
Lebih lanjut, Schumpeter lalai mempertimbangkan dampak pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi suatu negara. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi cenderung menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang.
     11.  Penjelasan yang tidak memuaskan mengenai tekanan inflasi
Pada sistem Schumpeter, gerakan inflasi merupakan bagian integral dari proses pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangka panjang. Tingkat harga jangka panjang tetap stabil. Namun demikian dalam ekonomi terbelakang bebas inflasi sangat kuat. “Permintaan sosial yang bekerja melalui saluran serikat buruh dan politik berusaha untuk mengeduk lebih banyak daripada yang dapat dihasilkan oleh perekonomian itu sendiri melalui produksi domestik dan perdagangan internasional. Bukan hanya pembangunan dan investasi terkait yang menjadi penyebab kecenderungan inflasi, tetapi seluruh iklim sosial dari perekonomian yang berorientasi permintaan”.

Teori Schumpeter harus disejajarkan sebagai suatu karya besar yang dapat disandingkan dengan karya ahli ekonomi besar lainnya seperti Adam Smith, Karl Marx, Keynes, Marshall dll. Jelas teori Schumpeter ini penuh dengan pemikiran dan wawasan yang cemerlang dari seorang teoritis besar, namun tidak berarti teori ini lepas dari kritik. Berikut adalah kritik-kritik terhadap teori Schumpeter:
    1.      Keseluruhan teori Schumpeter didasarkan pada inovator yang dianggapnya sebagai pribadi yang ideal
Orang-orang seperti itu ditemui pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu inovasi dilakukan oleh para pengusaha atau penemu. Tetapi sekarang semua bentuk inovasi merupakan bagian dari fungsi perusahaan modal bersama. Inovasi dianggap sebagai kebiasaan sehari-hari perusahaan industri dan tidak memerlukan inovator semata-mata.
    2.      Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses siklis
Pasang naik dan pasang surut tidak penting bagi pembangunan ekonomi. Sebagaimana Nurkse kemukakan bahwa pembangunan ekonomi berkaitan dengan perubahan yang berkesinambungan.
    3.      Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat dari inovasi juga tidak benar
Pada kenyataannya fluktuasi siklis bisa karena sebab-sebab psikologis, natural, dan finansial.
    4.      Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi
Pendapatnya ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada inovasi tetapi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lain.
    5.      Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank
Kredit bank mungkin memang penting tetapi dalam jangka pendek ketika perusahaan industri mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Tetapi dalam jangka panjang yaitu ketika kebutuhan dana modal semakin besar, maka kredit bank tidak memadai lagi. Karena itu bagian-bagian bisnis harus menerbitkan saham dan surat utang baru di pasar modal.
    6.      Analisa Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar
Beliau tidak menganalisa bagaimana suatu masyarakat kapitalis berubah menjadi sosialis. Schumpeter menyatakan bahwa kerangka kelembagaan masyarakat berubah dengan adanya perubahan pada fungsi-fungsi pengusaha. Analisanya mengenai berakhirnya kapitalisme sedikit emosional daripada riil. Pada akhirnya Meier dan Baldwin berpendapat bahwa analisa sosio-ekonomi Schumpeter yang luas mengenai proses kapitalis secara umum mengagumkan. Namun demikian hanya sedikit orang yang bersedia menerima kesimpulannya.







Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review 12 - Perpajakan Internasional dan Penetapan Harga Transfer

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Dwi Ayu Larasati (22213664) Dwi Puspita Agustin (22213693) Nurul Maghfiroh Jufrin (26213733) Puti Melati ...